Tak semegah gedung
yang kukunjungi kemarin
Tak seluas tanah yang
kupijaki kemarin
Tak sama mengagumkan
yang kuamati kemarin
Tak sama dengan hati
yang kurasakan kemarin
Lupakan saja tempat
yang kemarin
Aku tahu diri, aku
siapa
Kini pada tempat yang
tidak sama
Aku tetap menjadi
aku, bercita-cita menjadi mahasiswa
Berpijak pada aspal,
menantang jeruji besi hitam tinggi tepat di hadapan
Di balik punggung,
terdengar alunan bising kekotaan
Aku menggenggam hati
dan menjabatnya penuh mantap
Kakiku terdorong,
menang melawan gerbang
Tempat asing yang tak
sepi
Langkah menapaki
tangga satu persatu
Hingga tiba pada
ruang besar berisi seragam putih dan hitam
Aku duduk,
mengulurkan tangan dan menarikan jemari
Kertas putih persegi
panjang terpampang pada setengah kotak kayu
Namaku tertulis di
sana
Aku ucapkan selamat
pada aku
Kemudian bergegas
pulang untuk memberitahu Ibu
Persis seperti
khayalanku, aku bertemu banyak sosok baru
Pria-pria tegap paruh
baya yang masih berjiwa muda
Mengobarkan semangat,
bercerita tentang cita
Aku pikir, semua
mahasiswa harus mendengarkannya
Aku ingat saat 300
hari lebih yang lalu
Ketika aku mulai
mengerti diriku sendiri
Seolah mewawancarai
pikiran serta hati
Aku ingin dan akan
jadi siapa?
Setelah
berlelah-lelah, akhirnya aku berada di sini
Bukan lagi pelajar,
tapi seorang pemikir baru
Salah satu generasi
muda bangsa Negri ini
Yang belum lupa
pancasila dan artinya
Aku memang bukanlah
mahasiswa beralmamater kuning cerah
Namun dengan
almamater kuning redup kebanggaanku, aku yakin aku mampu
Keiirianku pada
gedung megah, tanah luas, isi yang layak dikagumi, serta hati yang selalu
terpukau pada Universitas di kota besar sana
Menepis kegalauanku,
menciptakan cita-cita, dan malah membuatku lebih kuat di sini
Dosenku selalu
mengulang pada satu pertanyaan
“Apa tujuan kalian
berkuliah?”
Aku selalu
menjawabnya, dengan mantap dan tegas
Namun hanya
meneriakkannya dalam hati, aku takut pada tatap mahasiswa lain yang berada di
sekitarku
Inilah sebenarnya
mimpiku
Datang dan duduk
manis menanti kedatangan ilmu
Bagiku kedatangannya
begitu menarik hati
Aku seolah sedang
menjelajahi dunia di tempat, tanpa berpindah
Aku senang mengetahui
rasanya begadang dengan tugas yang selalu menegurku
Aku takjub dengan hari
libur yang berganti dengan hari pengerjaan tugas
Bukankah nanti juga akan
ada saatnya libur panjang?
Aku tertarik
menikmati waktuku dengan cara ini
Ada yang duduk tenang
di kantin saat kegiatan belajar tiba
Ada yang menghindari
kelas seolah menjauhi suara radio yang tak seindah lagu
Ada yang diam di
rumah karena jenuh memulai hari dengan ramainya kendaraan jalan
Bukankah itu hanya
keluhan yang didramatisasi?
Aku tertawa kecil
dalam hati
Terkadang semua hal
yang menggerakkan itu datangnya dari hati
Lalu siapa yang
memiliki hati?
Jika diri sendiri pun
tidak dihargai
Apakah dapat dibilang
menghargai diri sendiri, apabila aku bermalas-malasan saat aku sudah bisa
menjadi mahasiswa?
Apakah dapat dikatakan
menghargai teman, apabila aku hanya menyalin pekerjaan temanku yang sudah ia
buat susah payah?
Apakah dapat dijuluki
menghargai dosen, jika aku tega mengantuk saat dosen menerangkan, saat beliau meninggalkan
keluarganya demi mengajar?
Apakah dapat disebut
menghargai orang tua, jika sudah mengabaikan izin restu dan do’a mereka, serta melupakan
harapan mereka tentang aku?
Aku tidak mau menjadi
satu, aku ingin menjadi banyak
Aku sayang pada waktu,
ia ciptaan Tuhan yang berharga
Maka aku kombinasikan
keduanya, keyakinan dan waktu
Semoga kelak aku bisa
seperti mereka yang dijuluki dengan kata depan ‘seorang’
Aku pernah mengamati
cerita tentang mahasiswa
Mereka berani, tegas,
dan tidak lelah berpikir
Sekali lagi aku iri
pada mereka
Mereka bukan manusia
yang menelan semua kepahitan tanpa kesembuhan
Kini aku baru mulai
penasaran
Mengenai peran
mahasiswa di mata Negara
Ternyata aku bagian
dari tokoh-tokoh bangsa
Penyampai aspirasi
dan pengusul perubahan
Semua manusia punya
pilihan
Ingin terus berjalan
lurus, berbelok kiri, atau beralih ke kanan
Apalagi mahasiswa
Di tempat ini lah mahasiswa
seharusnya menentukan prinsip hidup mereka
Aku hanya ingin
setiap mahasiswa lulus dengan karya
Mengembangkan senyum
di wajah kedua orang tua penuh bangga
Memakai toga dan
tersenyum lebar menikmati keberhasilan
Melanjutkan cita-cita
yang siap untuk dipanen
Sulit? Iya, memang.
Tapi akan lebih sulit
jika semua berhenti
Akan lebih naas jika
hanya berdiam
Lelah akan terbayar
kemudian, percayalah
Waaaah, dalam banget nih puisinya, puisi yang bagus :D salam kenal yaa... :))
BalasHapusKarena puisinya dari hati :) hehe
HapusSalam kenal, ya :)
Makasih...
aku sudah jadi mahasiswa :D
BalasHapusTetaplah bercita-cita menjadi mahasiswa sampai lulus :)
HapusItu yang suka terlupakan :D
Mahasiswa aalah satu cita cita ku..
BalasHapusSame with me :D
Hapus:) great poem (y)
BalasHapusThank you, Priscill :))
HapusIsinya dalam sekali. Aku sampai tak bisa berkata-kata. Membuatku sejenak berkaca :")
BalasHapus