Kami dari keluarga yang kurang
mampu. Hidup seadanya saja. Makan nasi dengan terasi, tidak ada lauk, itu pun
sudah bersyukur. Kehidupan ibuku sebagai seorang pedagang padi. Kadang untung,
kadang rugi karena ibuku dibohongi oleh suami temannya yang bekerja sebagai
tukang becak. Padi tersebut sering diambil oleh tukang becak itu, yang juga
pengangkut padi milik ibuku. Aku melihat pekerjaan ibuku dan aku merasa
kasihan, lalu aku turun tangan. Ibuku istirahat, aku yang berdagang, saat aku
berumur 17 tahun. Lalu akulah yang mengetahui bahwa padi yang diangkut oleh
suami teman ibuku itu dijual kepada temannya yang lain, kemudian ketahuan olehku.
Aku bertanya pada pembeli padi tersebut “Beli dari siapa itu padi?” “Dari suami
temannya ibumu.” Lalu padi tsb dijemur untuk ditimbang dan digiling. Ternyata, 50
kg dari satu karung padi yang memiliki berat 100 kg itu diambil, serta timbangan
yang digunakan, sengaja diinjak oleh suami teman ibuku agar berat padi tetap memiliki
berat 100 kg. Kemudian aku bertanya, “Kenapa timbangan itu diinjak?” Ia
menjawab “Tidak.” Ibuku berkata lagi “ Coba sekarang ditimbang ulang! Kamu menjauh!”
Setelah ia mundur dari timbangan tersebut, ternyata timbangan itu benar-benar hanya
50 kg. “Tidak mau tahu, dan aku tidak mau rugi. Itu urusanmu dengan suamimu.” kataku
pada istrinya. “Tidak begitu.” Akupun berkata “Aku bukan ibuku yang bisa kau
bohongi, walaupun aku masih kecil, tapi cara berpikirku dewasa.” Temanku itu membalas,
“Oh ya sudah, besok ibumu saja yang berdagang.” “Oh tidak. Aku saja yang
meneruskan berdagang. Ibuku biar saja istirahat,” ucapku kesal.
Lalu setelah aku yang meneruskan
berdagang, akhirnya aku mendapatkan untung, membawa pulang beras 2 kg serta
uang sebesar Rp 3.000,-. Sesampainya di rumah, aku menceritakan perihal
kebohongan teman ibuku. Akhirnya ibuku tertawa dan berkata ,“Berarti selama ini
aku dibohongi dan aku tidak tahu. Maafkan aku ya, Nak.”
Satu hal yang membahagiakan untuk
kami. Akhirnya aku bisa membeli ikan sebagai lauk makan kami.
-Diceritakan langsung oleh ibuku,
Bunami-
Tidak ada komentar :
Posting Komentar