Minggu, 08 Desember 2013

Ikan untuk Lauk Makan


Kami dari keluarga yang kurang mampu. Hidup seadanya saja. Makan nasi dengan terasi, tidak ada lauk, itu pun sudah bersyukur. Kehidupan ibuku sebagai seorang pedagang padi. Kadang untung, kadang rugi karena ibuku dibohongi oleh suami temannya yang bekerja sebagai tukang becak. Padi tersebut sering diambil oleh tukang becak itu, yang juga pengangkut padi milik ibuku. Aku melihat pekerjaan ibuku dan aku merasa kasihan, lalu aku turun tangan. Ibuku istirahat, aku yang berdagang, saat aku berumur 17 tahun. Lalu akulah yang mengetahui bahwa padi yang diangkut oleh suami teman ibuku itu dijual kepada temannya yang lain, kemudian ketahuan olehku. Aku bertanya pada pembeli padi tersebut “Beli dari siapa itu padi?” “Dari suami temannya ibumu.” Lalu padi tsb dijemur untuk ditimbang dan digiling. Ternyata, 50 kg dari satu karung padi yang memiliki berat 100 kg itu diambil, serta timbangan yang digunakan, sengaja diinjak oleh suami teman ibuku agar berat padi tetap memiliki berat 100 kg. Kemudian aku bertanya, “Kenapa timbangan itu diinjak?” Ia menjawab “Tidak.” Ibuku berkata lagi “ Coba sekarang ditimbang ulang! Kamu menjauh!” Setelah ia mundur dari timbangan tersebut, ternyata timbangan itu benar-benar hanya 50 kg. “Tidak mau tahu, dan aku tidak mau rugi. Itu urusanmu dengan suamimu.” kataku pada istrinya. “Tidak begitu.” Akupun berkata “Aku bukan ibuku yang bisa kau bohongi, walaupun aku masih kecil, tapi cara berpikirku dewasa.” Temanku itu membalas, “Oh ya sudah, besok ibumu saja yang berdagang.” “Oh tidak. Aku saja yang meneruskan berdagang. Ibuku biar saja istirahat,” ucapku kesal.

Lalu setelah aku yang meneruskan berdagang, akhirnya aku mendapatkan untung, membawa pulang beras 2 kg serta uang sebesar Rp 3.000,-. Sesampainya di rumah, aku menceritakan perihal kebohongan teman ibuku. Akhirnya ibuku tertawa dan berkata ,“Berarti selama ini aku dibohongi dan aku tidak tahu. Maafkan aku ya, Nak.”

Satu hal yang membahagiakan untuk kami. Akhirnya aku bisa membeli ikan sebagai lauk makan kami.

-Diceritakan langsung oleh ibuku, Bunami-

Tidak ada komentar :

Posting Komentar