Senin, 18 Mei 2015

Bukan Surat Cinta

Hai, selamat siang! Bagaimana cuaca di sana? Cerah, kan? Dan, bagaimana kabarmu? Tentu saja baik, tak perlu kamu beritahu sebab sudah terlihat dari beberapa status update-mu.


Saya minta maaf, sangat minta maaf. Sebelum saya disebut ‘perempuan kurang ajar’ untuk kesekian kalinya, lebih baik, saya menarik diri dari kamu. Jangan BBM saya kalau nggak penting, ya! Jangan ajak saya ke tempat favorit saya lagi! Oh, ya, saya bilang begini karena ‘menarik diri’ itu salah satu cara dari manajemen konflik komunikasi antar personal. Saya belajar dari mata kuliah komunikasi antar personal, lho! Saya cuma ngikutin aja, semoga aja berhasil buat kita semua. Iya, buat saya, kamu, dan perempuan kamu. Oh, ya, saya lupa bilang selamat! Selamat, ya, buat tanggal cantik dan perempuan cantiknya! ;)
Makasih.


Best regards,
Cupu.

Kamis, 14 Mei 2015

Berhenti di Persimpangan

Kini aku berada di persimpangan
Aku tidak tahu harus ke mana
Aku tidak bisa berpikir lagi akan ke mana
Aku sudah sampai di persimpangan

Tidak ada yang tahu jalan mana yang benar
Sesekali aku mundur, mengingat jalan yang pernah kulalui
Mengenang langkah mana yang salah
Mengumpulkan petuah yang berserakan di jalan
Memungut teori kebenaran akan perasaan
Pura-pura melupakan kerinduan
Pura-pura meninggalkan bahagia semu

Kini aku berada di persimpangan
Aku memutuskan berhenti di sini
Aku tidak sanggup lagi berjalan
Sungguh aku tidak tahu harus melewati jalan mana
Aku takut…. patah hati (lagi)
Lagi dan terjadi kembali
Berjuang pada satu cinta yang kukira membahagiakan
Namun dibuang bagai daun gugur tak berguna
Diabaikan seolah tidak dikenali

Aku…. minta maaf
Aku akan benar-benar berhenti di persimpangan
Maaf aku sudah sangat lelah dengan semua kisah ini
Aku berhenti saja
Menekuk kedua lutut dan menyerah di tengah persimpangan

Dengan tangan yang dingin dan kening yang panas
Dengan tenggorokan yang kering dan mata yang perih
Dengan tulang belakang yang lemah dan kaki yang lelah menyentuh tanah

Mengapa aku selemah ini?
Aku tidak mau menjadi lemah
Maka tanpa aku minta, memohon, dan mengemis
Apa kamu sudi menghampiri dan membangunkanku?
Dengan kesadaranmu sendiri
Tuhan Yang Maha Melihat, tolong…..

Rabu, 13 Mei 2015

Rencana yang Lebih Hebat

Halo, Guys!
Gue sebenernya ngantuk, tapi lagi kepengen nulis aja.
Gue mau bilang sesuatu yang gue pelajari dari pengalaman gue akhir-akhir ini dan blognya Gitasav:
 
“Rencana Allah itu lebih keren dari rencana gue!”
Jadi gini…
Tanggal 11 Mei kemarin gue udah selesai magang, dan komentar dari para temen-temen yang masih pada muda-muda itu intinya cuma satu: “Wih, bebas, ya!”


Ya, begitu, deh. Kalau dibandingin sama tempat kerja yang lama beda budayanya. Yang ini soalnya pekerjanya usianya masih muda-muda, di bawah 30 tahun. Jadi ‘rasa ingin bebas’-nya masih ada, artinya nggak terlalu suka diatur. Beda sama tempat yang lama yang selalu ‘nrimo’ untuk diatur-atur karena merasa hanya sebagai pekerja, udah pada punya istri dan anak juga, udah nggak mikir macem-macem lah, yang penting bisa kerja aja udah bersyukur. Gitu. Budayanya beda. Gue mempelajarinya beberapa bulan ini, hehe.
Iya, gue bebas. Gue bebas karena gue bisa melanjutkan kewajiban lain yang seharusnya gue lakukan: bekerja FULL TIME.


Awalnya, waktu keputusan magang gue ambil, gue sudah merencakan sesuatu: bayar kuliah dari bulan Maret sampai Mei 2015 dari gaji magang, mau kerja magang aja yang penting di media, nggak mau kerja yang bukan ‘bidangnya’ lagi, supaya gue punya pengalaman kerja di bidang jurnalistik sebelum S1, mengingat saingan pekerja baru yang banyak beberapa tahun ke depan.


Dan rencana gue failed.
Gue bayar kuliah Maret-Mei dengan muter otak gimana caranya pinjem ke temen yang bisa bantu, karna uang yang udah gue rencanain ternyata dipakai buat keperluan keluarga. Gue nggak mungkin cuma MAGANG! Gue harus kerja FULL TIME biar gue bisa tenang kuliah, makan, dan tidur. Gue mana bisa kerja di media kalau gue belom S1?! Gue mana bisa kerja di bidang jurnalistik, kalau gue masih mengejar ‘bayaran kuliah’ dan bayaran-bayaran lain?! Kerja jadi wartawan yang gue tahu nggak langsung bisa dapet gaji gede, pasti kecil. Bahkan dosen gue bilang, “Jangan jadi wartawan kalau mau kaya!” Gue yang lulusannya SMK Akuntansi otomatis akan kemungkinan kerja di bidang admin atau keuangan lagi, atau malah planner karna pernah jadi PPIC. Dengan yang sesuai sama lulusan SMK dan pengalaman kerja itu, baru bisa dapet gaji UMR. Terus kalau gue udah berkecimpung di bidang jurnalistik, gue akan banyak menguras tenaga, waktu, pikiran, sedangkan buat ngerjain tugas kuliah aja udah susahnya minta ampun, belom lagi ngerjain tugas organisasi. Gue nggak bisa fokus. Kayak mau mati rasanya.
Gue nggak mau sok-sokan bisa padahal nggak bisa. Gue inget Ibu gue. Gue nggak mau ngecewain beliau cuma karna idealisme gue dan keegoisan gue. Gue tahu gue bukan anak orang kaya yang cuma tinggal ‘ngembangin diri’ kayak anak-anak yang lain yang dibayarin kuliahnya.


Rencana gue nggak sekeren yang gue pikir, kan?!
Dari semua yang terjadi, gue sadar nggak semua hal yang udah kita rencanakan, kita pikirkan, sesuai sama kenyataan. Gue akui rencana gue emang gagal, tapi Allah ngasih gue pelajaran yang gue juga nggak kepikiran.


Yang gue syukuri dan pelajari, tuh, banyak banget, deh! Dari mulai pelajaran tentang sistem kerja, idealisme, cara memimpin, cara berkomunikasi, cara mensyukuri hidup, penampilan, dan lain sebagainya… Setelah resign waktu itu dan memutuskan magang gue jadi belajar banyak.


Gue jadi ngerti sistem itu penting banget di perusahaan mana pun, kalau nggak ada sistem, aktivitas perusahaan jadi berantakan, itu akar dari masalah-masalah yang bisa terjadi. Gue sadar nggak bisa jadi manusia ‘sempurna’, karena ada Yang Maha Sempurna. Gue jadi ngerti: kalau komunikasi bisa merusak, maka seharusnya komunikasi juga yang bisa memperbaiki dan membangun. Gue sekarang ngerti kenapa orang dengan rela mau jadi badut, mau jadi pengamen, mau jadi penyebar brosur di jalan: mereka mau makan dan tetep hidup, jadi bersyukur buat kalian yang bisa bekerja ‘enak’, kalian masih bisa lanjutin hidup. Gue jadi kenal banyak orang dengan karakter yang beragam, nggak semuanya bisa cocok, yang bisa itu ‘saling memahami’. Gue jadi bisa lebih mengatur uang yang gue punya, dan paham tentang hukum lifestyle yang berkaitan sama ekonomi. Gue jadi ngerti kalau pola makan gue selama kerja ada yang salah (makan malem banget mulu), gue jadi belajar nggak makan mulu (jam makan gue berubah, kemungkinan gue bisa kurus, haha), gue jadi tahu apa yang selama ini nggak gue perhatikan (kantung mata, komedo, dsb), gue jadi paham cewek itu kayak gimana. Belajar naik commuterline dan beradaptasi sama manusia-manusianya (nanti gue ceritain tentang commuterline). Belajar dari nguping orang-orang di commuterline. Belajar kerja di Jakarta yang melelahkan dan keras. Belajar jalan kaki setiap hari. Banyak, deh, pokoknya!


Ternyata, rencana Allah yang nggak kepikiran itu lebih hebat!
So, segala sesuatunya jangan terlalu dipikirin banget-banget apalagi dibaperin banget, yang berlebihan juga nggak baik, lho! Just try and do your plans!
 
Don’t forget, Allah always knows what the best for you! :)
Semoga Sandra cepat dapat tempat kerja baru, Aamiin :) dan teman hidup baru, Aamiin.
Good night, all!
B7A-Ua1CMAAnmAW

Sumber gambar:
https://pbs.twimg.com/media/B7A-Ua1CMAAnmAW.jpg

Sabtu, 09 Mei 2015

Gue Nulis Lagi, Nih!

Halo, mantemaaaaaan! :D
Seneng banget hari ini gue bisa nulis di sini lagi huhu. Magang content writer yang setiap hari nulis, membuat gue jadi nggak pernah nulis di sini *lapdebu*. Kenapa? Karena otak gue sudah diperas buat bikin tulisan setiap hari Senin-Jum’at. Jangankan nulis di sini, tugas kuliah gue aja jadi ngaret gitu, sampe dosennya nanya ke gue, “Kamu kok jadi sering belum ngerjain tugas, sih? Sibuk, ya…” Ah, Bu, andaikan Ibu tahu, saya pulang magang antara jam 8 sampai jam 9, pulang-pulang udah nggak kuat ngeliat notebook. AMPUN.  Ternyata kalau “bekerja” jadi penulis tidak sesantai yang gue bayangkan: deadline, revisi, mikirin judul atau tema, konsep per paragraf, dan lain sebagainya.  Alhasil gue lelah memeras otak ini. Makanya gue nggak meluangkan waktu untuk begadang dan ngerjain peer seperti biasanya. Selain tugas kuliah, gue juga menelantarkan organisasi, HIKS! Masalah yang terjadi selama 3 bulan terakhir ini membuat gue bener-bener lelah. Gue sampai merasa jadi orang yang “nggak sanggup”. Di mana letak “Man Jadda wajada” yang selama ini gue ingat sebagai motivasi? Akhirnya, gue “cuti” organisasi beberapa lama, walau dibilang nggak bertanggungjawab, atau apalah, yaudah gue nerima aja. Gue beneran “nggak sanggup”. Tapi gue akan tetep berusaha nyari solusi supaya gue keluar dari permasalahan gue dan bisa aktif lagi. Gue sedang berusahaaaa!
Alhamdulillah, Allah selalu tahu dan memberi petunjuk atas segala permasalahan, Man Shabara Zhafira (Siapa yang bersabar, ia akan beruntung). Gue mau bilang makasih buat Abdul Asman, Kak Elvera, Kak Ajeng, yang sudah membantu gue untuk bisa bayar kuliah dan kontrakan rumah :’) makasih juga buat Dessy Indah, Fanni, Diah, Dyah, Dian, Erin, dan temen-temen lain yang nggak bisa disebutin satu-satu yang udah nyemangatin gue!


Magang gue pun berakhir tanggal 11 Mei. Yeaaaay! *lho. Gue jadi bisa kerja full time lagi biar bisa makan enak bayar kuliah dan sebagainya. Semoga Sandra segera mendapat pekerjaan kembali, Ya, Allah, Aamiin. Permasalahan selesai satu per satu, akhirnya gue pun lambat laun agak “kosong”, Alhamdulillah.
Tibalah kemarin (08 Mei 2015) gue udah siap menerjang masalah yang gue “simpen” alias gue tinggalkan beberapa lama: organisasi. Gue ke kampus pulang kerja, untungnya nggak ada dosen, jadi gue bisa langsung ketemuan sama petinggi organisasi yang gue maksud: Adit dan Saqoh.


Jujur sebenernya, sih, gue kangeeen sama mereka! HAHA. Udah lama banget kayaknya nggak ngumpul bareng lagi. Tapi malam itu kami bertemu kembali, yeay! Awalnya gue ketemu sama Saqoh, terus Adit baru dateng.
“Lo pake bedak, ya, San?”
Gue diem.
“Iyalah, Dit. Sandra, kan, juga pengen cantik.”
*ketawadalemhati*


Padahal gue yang tomboi (baca: nggak feminim) ini juga pake bedak mulu kali. Tapi, semalem gue lengkapin sama BB Cream juga, tone warna kulit wajah gue jadi merata (ini bukan iklan, kok) HAHA.
Lanjut. Gue dan mereka berdua mengutarakan segala isi hati kita masing-masing, wkwk. Nggak deng, kami problem solving tentang organisasi yang kami emban. FYI, tadinya, sih, gue mau ntraktir dengan uang gue yang sungguh pas-pasan, tapi ternyata Saqoh lagi kerja kelompok dan temen-temennya bawa makanan banyaaaak, HAHA. Alhasil, gue pun menumpang makan dari kumpulan makanan itu.


Selain ngobrol, gue juga sedikit-sedikit bantuin Saqoh ngerjain tugas PowerPoint-nya. Bukan, gue bukan bantuin ngerjain tugas teknik yang jelas-jelas gue nggak ngerti-ngerti banget. Tapi gue bantuin bikinin animation-nya. HAHA.


Setelah ngobrol, makan makanan orang, dan lain-lain, gue buka Youtube buat nonton Coolyah, salah satunya yang edisi Komeng lagi ngeliat pameran mobil di Jerman. Coolyah itu semacam acara yang dibuat sama students Jerman tentang aktivitas mereka selama di Jerman, dan itu kereeeen abisssss! Semoga kelak bisa kayak mereka, Aamiin.


Abis Youtube-an, gue, Adit, dan Saqoh pun berniat karaokean ala kami. Kami pun meng-cover lagunya Tulus yang judulnya “Teman Hidup”. Berkat instrumennya, cover-an kami jadi kayak cover-an-nya Gitasav-Paul-tapi-nggak-mirip. Eh, Saqoh sebagai pemain gitarnya, deng (ceritanya doang). Check this out, guys!



Gimana? Nggak mirip sama cover-an-nya Gitasav-Paul, kan? wkwk. Yang penting pede aja dulu, ye, kan? HAHA.


Setelah mengeluarkan suara ambigu kami, kami pun pulang ke rumah masing-masing dengan penutup kata, “hati-hati”, lalu melaju bersama motor masing-masing.
Sekian cerita gue. Senangnya bisa posting 1 tulisan di blog yang udah lama nggak diurus (sayang udah bayar domain soalnya) HAHA.
Makasih, semuaaaa! (kayak yang baca banyak gitu)
Have a nice world! ^^