Rabu, 02 Juli 2014

Surat dari Tita untuk Adit

Untuk: Adit

Selamat pagi, matahariku. Akhirnya aku bisa menyapa pagimu, walau hanya lewat surat ini.

Sebenarnya aku bingung akan memulai suratku dari mana, tapi ada sesuatu yang bergejolak dalam diriku yang memaksaku untuk tetap menulis surat ini. Melalui surat ini aku ingin menyatakan sesuatu tentangmu.

Aku Tita, seseorang yang selalu memperhatikanmu, entah dari dekat atau dari jauh. Aku yang selalu tersenyum terpaksa saat bertemu atau berpapasan denganmu. Kamu tahu kenapa aku terpaksa? Tentu karena aku sebenarnya malu. Saat itu juga, dunia seolah berhenti berotasi, waktu terasa menghentikan detaknya, kakiku lemas seketika dan lemah untuk berdiri, kemudian aku bingung harus melakukan apa. Tapi saat kamu membalas senyumku dengan senyuman, aku selalu merasakan kesejukan, lalu matamu terlalu menyilaukan untukku.

Aku sangat bersyukur. Mengenalmu seperti anugerah terindah dalam hidupku. Mungkin kamu hanya ada 1 di dunia. Aku begitu bahagia dan banyak hal lain yang ada padamu yang membuatku bahagia. Walau kamu punya kekurangan, tapi aku paham, bukankah tidak ada manusia yang benar-benar sempurna? Bukankah saling melengkapi itu lebih romantis? Hmmm, bisakah kita?

Dit, aku tahu kebiasaanmu, kamu sering memuji dirimu sendiri. Padahal sebenarnya tanpa memuji pun kamu memang sudah begitu adanya, menawan. Bukan, bukan karena menawan aku jadi menyukaimu. Tapi karena aku menyukaimu, kamu jadi tampak menawan di mataku, sangat.

Dit, aku agak bingung akhir-akhir ini. Apa-apa yang kamu lakukan dan itu tertuju padaku, menjadi bergerak perlahan. Dari bangku sebelah yang kamu duduki, aku menyaksikanmu memberikan pulpen pada aku --yang duduk tepat di sampingmu, dengan gerakan yang tampak melambat. Berjalan perlahan dan akhirnya sampai di tanganku. Apa itu hanya perasaanku saja, ya?

Kamu pasti bingung sekarang. Padahal, sebelumnya aku kan membencimu. Benci dengan sikapmu yang cuek dan menyebalkan. Tapi Tuhan menciptakan banyak kebetulan, sampai pada akhirnya rasa benci itu mengganti dirinya menjadi rasa sayang. Kamu percaya?

Entah petunjuk dari mana, tapi aku yakin suatu saat kamu pasti akan menyatakan sesuatu padaku. Di manapun kamu menyatakan perasaanmu tentangku, entah itu di Paris --dekat Menara Eiffel, atau di bangku taman dekat rumahku, aku tetap bahagia. Kamu membawa mawar putih atau hanya sekadar datang dengan tangan kosong, aku tetap bersyukur. Dan apa pun perasaan yang kamu nyatakan kelak, baik atau buruk, aku akan tetap tersenyum, dengan atau tanpa air mata.

Terima kasih sudah membaca suratku.


Adit, aku sayang kamu, sayang.





Tita


***


(Surat ini diikutsertakan untuk tantangan #SuratCintaEiffel Adit-Tita @bentangpustaka)

1 komentar :

  1. haii... kamu dapat award nih, kalau ada waktu ikutan yah, cek disini --> http://lailamqdds.blogspot.com/2014/07/makasih-atas-awardnya.html

    BalasHapus