Minggu, 16 Maret 2014

Seseorang yang Bercita-cita Menjadi Mahasiswa


Tak semegah gedung yang  kukunjungi kemarin
Tak seluas tanah yang kupijaki kemarin
Tak sama mengagumkan yang kuamati kemarin
Tak sama dengan hati yang kurasakan kemarin

Lupakan saja tempat yang kemarin
Aku tahu diri, aku siapa
Kini pada tempat yang tidak sama
Aku tetap menjadi aku, bercita-cita menjadi mahasiswa

Berpijak pada aspal, menantang jeruji besi hitam tinggi tepat di hadapan
Di balik punggung, terdengar alunan bising kekotaan
Aku menggenggam hati dan menjabatnya penuh mantap
Kakiku terdorong, menang melawan gerbang

Tempat asing yang tak sepi
Langkah menapaki tangga satu persatu
Hingga tiba pada ruang besar berisi seragam putih dan hitam
Aku duduk, mengulurkan tangan dan menarikan jemari

Kertas putih persegi panjang terpampang pada setengah kotak kayu
Namaku tertulis di sana
Aku ucapkan selamat pada aku
Kemudian bergegas pulang untuk memberitahu Ibu

Persis seperti khayalanku, aku bertemu banyak sosok baru
Pria-pria tegap paruh baya yang masih berjiwa muda
Mengobarkan semangat, bercerita tentang cita
Aku pikir, semua mahasiswa harus mendengarkannya

Aku ingat saat 300 hari lebih yang lalu
Ketika aku mulai mengerti diriku sendiri
Seolah mewawancarai pikiran serta hati
Aku ingin dan akan jadi siapa?

Setelah berlelah-lelah, akhirnya aku berada di sini
Bukan lagi pelajar, tapi seorang pemikir baru
Salah satu generasi muda bangsa Negri ini
Yang belum lupa pancasila dan artinya

Aku memang bukanlah mahasiswa beralmamater kuning cerah
Namun dengan almamater kuning redup kebanggaanku, aku yakin aku mampu
Keiirianku pada gedung megah, tanah luas, isi yang layak dikagumi, serta hati yang selalu terpukau pada Universitas di kota besar sana
Menepis kegalauanku, menciptakan cita-cita, dan malah membuatku lebih kuat di sini

Dosenku selalu mengulang pada satu pertanyaan
“Apa tujuan kalian berkuliah?”
Aku selalu menjawabnya, dengan mantap dan tegas
Namun hanya meneriakkannya dalam hati, aku takut pada tatap mahasiswa lain yang berada di sekitarku



Inilah sebenarnya mimpiku
Datang dan duduk manis menanti kedatangan ilmu
Bagiku kedatangannya begitu menarik hati
Aku seolah sedang menjelajahi dunia di tempat, tanpa berpindah

Aku senang mengetahui rasanya begadang dengan tugas yang selalu menegurku
Aku takjub dengan hari libur yang berganti dengan hari pengerjaan tugas
Bukankah nanti juga akan ada saatnya libur panjang?
Aku tertarik menikmati waktuku dengan cara ini

Ada yang duduk tenang di kantin saat kegiatan belajar tiba
Ada yang menghindari kelas seolah menjauhi suara radio yang tak seindah lagu
Ada yang diam di rumah karena jenuh memulai hari dengan ramainya kendaraan jalan
Bukankah itu hanya keluhan yang didramatisasi?

Aku tertawa kecil dalam hati
Terkadang semua hal yang menggerakkan itu datangnya dari hati
Lalu siapa yang memiliki hati?
Jika diri sendiri pun tidak dihargai

Apakah dapat dibilang menghargai diri sendiri, apabila aku bermalas-malasan saat aku sudah bisa menjadi mahasiswa?
Apakah dapat dikatakan menghargai teman, apabila aku hanya menyalin pekerjaan temanku yang sudah ia buat susah payah?
Apakah dapat dijuluki menghargai dosen, jika aku tega mengantuk saat dosen menerangkan, saat beliau meninggalkan keluarganya demi mengajar?
Apakah dapat disebut menghargai orang tua, jika sudah mengabaikan izin restu dan do’a mereka, serta melupakan harapan mereka tentang aku?

Aku tidak mau menjadi satu, aku ingin menjadi banyak
Aku sayang pada waktu, ia ciptaan Tuhan yang berharga
Maka aku kombinasikan keduanya, keyakinan dan waktu
Semoga kelak aku bisa seperti mereka yang dijuluki dengan kata depan ‘seorang’

Aku pernah mengamati cerita tentang mahasiswa
Mereka berani, tegas, dan tidak lelah berpikir
Sekali lagi aku iri pada mereka
Mereka bukan manusia yang menelan semua kepahitan tanpa kesembuhan

Kini aku baru mulai penasaran
Mengenai peran mahasiswa di mata Negara
Ternyata aku bagian dari tokoh-tokoh bangsa
Penyampai aspirasi dan pengusul perubahan

Semua manusia punya pilihan
Ingin terus berjalan lurus, berbelok kiri, atau beralih ke kanan
Apalagi mahasiswa
Di tempat ini lah mahasiswa seharusnya menentukan prinsip hidup mereka

Aku hanya ingin setiap mahasiswa lulus dengan karya
Mengembangkan senyum di wajah kedua orang tua penuh bangga
Memakai toga dan tersenyum lebar menikmati keberhasilan
Melanjutkan cita-cita yang siap untuk dipanen

Sulit? Iya, memang.
Tapi akan lebih sulit jika semua berhenti
Akan lebih naas jika hanya berdiam
Lelah akan terbayar kemudian, percayalah

9 komentar :

  1. Waaaah, dalam banget nih puisinya, puisi yang bagus :D salam kenal yaa... :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena puisinya dari hati :) hehe

      Salam kenal, ya :)
      Makasih...

      Hapus
  2. Balasan
    1. Tetaplah bercita-cita menjadi mahasiswa sampai lulus :)

      Itu yang suka terlupakan :D

      Hapus
  3. Mahasiswa aalah satu cita cita ku..

    BalasHapus
  4. Isinya dalam sekali. Aku sampai tak bisa berkata-kata. Membuatku sejenak berkaca :")

    BalasHapus