Selasa, 01 April 2014

Surat untuk Mantan

Dari   : Sandra
Untuk  : Mantan
Hai, Mantan! Apa kabar? Aku harap kamu selalu baik-baik saja. Sudah lama, ya, aku tidak menyapamu. Kita sudah terpisah cukup lama. Coba aku hitung: satu, dua. Hm, kira-kira sudah 2 tahun kita berpisah. Memang, sih, kita masih di kota yang sama, tapi tetap saja kita itu jauh. Hehe.
Aku ingat saat pertama kali bertemu denganmu. Kita bertemu di ruang bernomor 17. Kita dipertemukan dalam rapat OSIS angkatan kita yang pertama kalinya. Awalnya aku hanya tahu namamu, kamu disebutkan satu kepanitiaan denganku. Aku bertanya siapa pemilik namamu kepada orang yang duduk di belakangku, lalu ia menunjuk orang yang duduk di sebelahnya, dan ternyata itu kamu. Kita pun berkenalan.
Satu kepanitiaan denganmu adalah pengalaman baru bagiku. Aku belajar banyak bagaimana cara menjadi panitia acara lomba. Kita sibuk membuat teknis lomba, mencari juri, dan mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan. Sampai pada hari pelaksanaan, kamu malah izin tidak datang karena kamu sedang sakit cacar. "Semoga lekas sembuh," ucapku saat itu.
Setelah lomba itu, kita lebih diberikan waktu untuk saling dekat. Aku dan kamu mendapat piket Kantin Kejujuran pada hari yang sama, hari Rabu. Aku dan kamu harus datang ke sekolah lebih pagi, saat kantin belum buka, saat guru dan murid belum banyak yang datang. Aku ingat saat kita berusaha menggantungkan sekantong besar jajanan di dinding kantin. Aku yang memegang pakunya, kamu yang memakunya. Aku kurang ingat saat itu kamu menggunakan apa untuk memaku, sepertinya dengan batu. Hehe.
Setelah berbulan-bulan sering bertemu dan berkomunikasi denganmu, aku semakin mengenalmu, termasuk tentang keluargamu. Aku mengetahui bahwa kamu anak piatu. Sedangkan aku sendiri anak yatim. Kita pun sama-sama anak semata wayang. Dari segala yang kamu ceritakan, aku sangat paham keadaanmu, karena aku juga merasakannya. Lalu, kamu mengingatkan aku untuk tidak mengecewakan Ibu yang masih ada di dekatku. Aku pun ingin kamu menjaga ayahmu.
Semenjak mengenalmu, aku menjadi orang yang suka nekat. Contohnya, saat kamu ulang tahun. Di hari ulang tahunmu tahun 2010, aku mencari tasmu di sela waktu antara habis upacara dan jam pelajaran pertama. Aku memasukkan sekotak brownies sebagai hadiah ulang tahunmu. Apakah kamu juga menjadi orang yang suka nekat? Sebab di hari ulang tahunku di tahun yang sama, kamu memberiku sebuah rekaman suara merdumu. Kamu menyanyikan lagu "Happy Birthday" dan beberapa lagu lainnya. Sungguh hadiah yang mengharukan.
Kamu pasti tahu salah satu buah kesukaanku, kan? Ya, semangka. Aku suka semangka karena buah itu banyak airnya sehingga terasa sangat segar, apalagi kalau sudah didinginkan di kulkas. Kamu tahu? Kala setiap pagi aku sampai di sekolah, jika aku menemukanmu serta kamu tersenyum dan menyapa, bagiku itulah semangka di pagi hari. Haha.
Kita pernah pergi ke acara ulang tahun teman kita. Saat setelah adzan berkumandang, kita menuju mushola yang tidak jauh dari rumah teman kita itu. Kamu yang hendak berwudhu meminta tolong aku untuk memegangi jaket hitammu. Aku pun mengambil jaketmu, aku lipat membungkus lengan kiriku, dan aku lekap. Wangi sekali jaketmu. Hidungku cepat menangkap wanginya dan aku tersenyum.
Aku tahu kamu sangat suka bernyanyi. Kamu juga tahu aku suka. Kamu pernah mengajakku ke studio musik dan mengajakku latihan band di sana. Sepulangnya, kamu memberiku sebungkus apel merah, buah kesukaanku, selain semangka. Kamu juga seorang vokalis Nasyid yang selalu bernyanyi dengan sejuk. Setiap kamu selesai bernyanyi, banyak pasang mata yang berbinar. Kita juga pernah bernyanyi bersama, entah itu saat iseng, atau saat latihan padus, atau saat tampil padus di acara Pentas Seni. Aku ingat kita diberi kesempatan untuk bernyanyi 'berdua saja' dalam padus. Aku jadi Gea Idol, kamu jadi Dirly Idol. Selain bernyanyi, aku juga suka menulis. Aku pernah menulis tentangmu: "Kau adalah musikku, dan musikku adalah kau."
Tapi,
semua adalah rangkaian kisah yang pernah terjadi. Putaran film indah yang punya durasi. Sekarang semua itu bernama kenangan. Apa kamu kira aku melupakan semuanya? Tentu saja tidak. Tuhan Maha Besar, menciptakan otak yang dapat menyimpan memori, termasuk memori tentang kita. Saat aku melihat tukang es krim durian, aku ingat kamu, karena itu es krim kesukaanmu. Saat aku melewati Jalan Perjuangan, Bekasi, aku ingat kamu juga, itu jalan menuju rumahmu. Saat aku........ Ah, sudahlah.
Pernah, di ratusan hari kita telah terpisah, suatu hari aku mendapatimu di sebuah jalan raya. Aku mengetahui kamu karena aku melihat plat nomor belakang motormu, ternyata aku hapal. Saat itu seketika seolah waktu berhenti. Seolah yang berada di jalan raya itu hanya aku dan kamu. Aku tersentak, terkejut, dan bibirku kelu. Aku ingin sekali memanggil, berteriak, menyebutkan namamu, tapi aku tidak bisa. Kendaraan yang padat membuat aku mencari celah untuk melaju. Sampai pada akhirnya kita berpisah (lagi), tanpa menyapa. Tapi aku sudah senang bisa bertemu kamu barang sebentar.
Mantan, dengan surat ini sebenarnya aku hanya ingin bercerita tentang bahagianya aku mengenalmu. Tentang kisah yang terukir cantik dan mempesona. Walau pada durasi terakhir, kita terpecah. Aku tahu, aku yang salah. Aku yang memberi sebuah keputusan yang setiap insan pun tidak ada yang menyukainya. Aku yang salah. Aku minta maaf atas segala kebodohanku. Seandainya saja aku tidak seegois itu.
Aku tahu kamu baik, sangat baik. Maka aku utarakan juga rasa terima kasihku. Terima kasih telah menjadikan aku lebih mengerti tentang cinta, kesetiaan, dan saling menghargai. Terima kasih telah mengajarkanku arti kehilangan. Ternyata, move on itu tidak mudah, ya?
Dari segala hal yang pernah terjadi, aku yakin kita bisa mengambil banyak pelajaran. Kita bahkan sudah beranjak dewasa. Suatu saat kita pasti punya kisah indah (lagi). Entah bersama siapa. Dan kita bisa menjadi pejuang cinta yang lebih baik. Itu karena kenangan kita.
Maafkan aku. Terima kasih banyak.
Salam,
Sandra
-Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara-

6 komentar :

  1. Acie semangka jadi pengen :3 /what
    Btw keren loh kak. Emosi yg disampein kerasa. Manis hihi
    Hwaiting sandra eonni '-')9 good luck ^-~

    BalasHapus
  2. Semacam surat non-fiksi yang dipake buat ikutan kontes :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu, ya, hhehe :p

      Lagi belajar buat surat yang baik dan benar, nih, hhaha~

      Hapus